widgets

Senin, 05 Mei 2014

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE (TPS)

  Pengertian dan Jumlah Anggota pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square

Model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-square merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933. Think-Pair-
Square memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu
pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya, jika permasalahan yang diajukan tidak  memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh.

Kesempatan yang diberikan dalam pembelajaran Think-Pair-Square merupakan pemberian waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka masing-masing, kemudian memasangkan  dengan seorang teman untuk mendiskusikannya. Akhirnya meminta siswa bergabung dengan kelompok lain. Inilah yang merupakan letak perbedaan Think-Pair-Square dengan pendekatan Think-Pair-Share, yaitu proses pengelompokan pada Think-Pair-Share adalah proses pengelompokannnya terjadi satu kali, sedangkan pada Think-Pair-Square proses pengelompokannya terjadi dua kali yaitu adanya penggabungan dua kelompok menjadi satu kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square  membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.

 Tahap-Tahap atau Teknik Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square

Langkah-langkah
Kegiatan Pembelajaran
Tahap 1
Pendahuluan
        Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
        Guru membagi kelompok yang terdiri dari empat orang.
        Guru menentukan pasangan diskusi siswa.
        Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
Tahap 2
Think
        Guru menggali pengetahuan awal siswa.
     Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.
        Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu.
Tahap 3
Pair
     Siswa berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban tugas yang dikerjakan secara individu.
Tahap 4
Square
        Kedua pasangan bertemu dalam satu kelompok untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang sama.
Tahap 5
Diskusi kelas
        Beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan jawaban LKS.
Tahap 6
Penghargaan
        Siswa dinilai secara individu dan kelompok.

Penjelasan dari setiap langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap Pendahuluan
            Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. Kemudian guru membagi kelompok secara heterogen dan menentukan pasangan diskusi.

2) Think (Berpikir secara individu)
            Pada tahap think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam bentuk LKS. Pada tahapan ini, siswa menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran.
            Kelebihan dari tahap ini adalah adanya waktu berpikir yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

3) Pair (Berpasangan)
            Langkah selanjutnya adalah siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan oleh guru, sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap siswa saling berdiskusi mengenai jawaban mereka sebelumnya, sehingga mereka menyepakati jawaban yang akan dijadikan bahan diskusi kelompok.

4) Square (Berbagi jawaban dengan pasangan lain dalam satu kelompok)
            Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Pasangan yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan dapat menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan pasangan lain dalam kelompoknya.

5) Diskusi Kelas
            Beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil jawaban LKS. Pada saat ini terjadi diskusi kelas.

6) Tahap Penghargaan Kelompok
            Penghargaan kelompok diberikan melalui dua cara. Yang pertama, diberikan di setiap pertemuan, yaitu di akhir pertemuan. Siswa dinilai secara individu dan kelompok. Penilaian dilihat melalui aktivitas selama pembelajaran kooperatif tipethink-pair-square.
            Cara kedua, penghargaan diberikan secara akumulasi pada pertemuan ketiga. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki nilai paling besar. Nilai kelompok diperoleh dari selisih nilai ketika siswa mengerjakan LKS secara individual (fase think) dan secara berdiskusi (fase pair dan fase square).
           
    Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square

Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square adalah :
     1. Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.
   2. Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri.  
    3. Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan, dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.     
4   4.Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah. 
      5. Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa untuk berpasangan.
    6. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan     motivator bagi siswa untuk berusaha mengerjakan tugas dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square. Diunduh di http://maz-vicarious.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html pada tanggal 6 April 2014 pukul 21.30 WIB.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar