Pengertian
dan Jumlah Anggota pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square
Model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-square merupakan modifikasi dari
model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dan
dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933. Think-Pair-
Square memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu
pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya, jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh.
Square memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu
pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya, jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh.
Kesempatan
yang diberikan dalam pembelajaran Think-Pair-Square merupakan
pemberian waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka masing-masing,
kemudian memasangkan dengan seorang teman untuk mendiskusikannya.
Akhirnya meminta siswa bergabung dengan kelompok lain. Inilah yang merupakan
letak perbedaan Think-Pair-Square dengan pendekatan Think-Pair-Share, yaitu
proses pengelompokan pada Think-Pair-Share adalah proses
pengelompokannnya terjadi satu kali, sedangkan pada Think-Pair-Square proses
pengelompokannya terjadi dua kali yaitu adanya penggabungan dua kelompok menjadi
satu kelompok.
Model
pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square digunakan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk
berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square membagi
siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.
Tahap-Tahap
atau Teknik Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square
Langkah-langkah
|
Kegiatan Pembelajaran
|
Tahap 1
Pendahuluan
|
Guru
menjelaskan aturan main dan batasan waktu tiap kegiatan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.
Guru
membagi kelompok yang terdiri dari empat orang.
Guru
menentukan pasangan diskusi siswa.
Guru
menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.
|
Tahap 2
Think
|
Guru
menggali pengetahuan awal siswa.
Guru
memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.
Siswa
mengerjakan LKS tersebut secara individu.
|
Tahap 3
Pair
|
Siswa
berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban tugas yang dikerjakan secara
individu.
|
Tahap 4
Square
|
Kedua
pasangan bertemu dalam satu kelompok untuk berdiskusi mengenai permasalahan
yang sama.
|
Tahap 5
Diskusi
kelas
|
Beberapa
kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan jawaban LKS.
|
Tahap 6
Penghargaan
|
Siswa
dinilai secara individu dan kelompok.
|
Penjelasan
dari setiap langkah tersebut adalah sebagai berikut.
1) Tahap
Pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi
siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru
juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap
tahap kegiatan. Kemudian guru membagi kelompok secara heterogen dan menentukan
pasangan diskusi.
2) Think (Berpikir
secara individu)
Pada tahap think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri
mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan dalam bentuk LKS. Pada tahapan
ini, siswa menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau
semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui
jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran.
Kelebihan dari tahap ini adalah adanya waktu berpikir yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir mengenai jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan
tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah
dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk
dikerjakan sendiri.
3) Pair (Berpasangan)
Langkah
selanjutnya adalah siswa berpasangan dengan teman yang sudah ditentukan oleh
guru, sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap siswa saling berdiskusi
mengenai jawaban mereka sebelumnya, sehingga mereka menyepakati jawaban yang
akan dijadikan bahan diskusi kelompok.
4) Square (Berbagi
jawaban dengan pasangan lain dalam satu kelompok)
Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan
lain dalam satu kelompok. Pasangan yang belum menyelesaikan permasalahannya
diharapkan dapat menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan
berdasarkan penjelasan pasangan lain dalam kelompoknya.
5) Diskusi
Kelas
Beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil jawaban
LKS. Pada saat ini terjadi diskusi kelas.
6) Tahap
Penghargaan Kelompok
Penghargaan kelompok diberikan melalui dua cara. Yang pertama, diberikan di
setiap pertemuan, yaitu di akhir pertemuan. Siswa dinilai secara individu dan
kelompok. Penilaian dilihat melalui aktivitas selama pembelajaran kooperatif
tipethink-pair-square.
Cara kedua, penghargaan diberikan secara akumulasi pada pertemuan ketiga.
Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki nilai paling besar. Nilai
kelompok diperoleh dari selisih nilai ketika siswa mengerjakan LKS secara
individual (fase think) dan secara berdiskusi (fase pair dan
fase square).
Keunggulan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Square
Keunggulan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square adalah :
1. Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan
partisipasi mereka kepada siswa lain.
2. Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan
rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam
menguji ide dan pemahamannya sendiri.
3. Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat
berpasangan, dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan
lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah dalam
merekonstruksi pengetahuannya.
4 4.Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi
dengan siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah.
5. Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi
siswa untuk berpasangan.
6. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha
mengerjakan tugas dengan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim.
2014. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think-Pair-Square. Diunduh di http://maz-vicarious.blogspot.com/2012/03/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html
pada tanggal 6 April 2014 pukul 21.30 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar